Team Program 'Masjid Gaharu' Kota Depok

1.Ganif Aswoko , email: aswokoganif@gmail.com



2.Taqyuddin SSi MHum , email: taqygeo@gmail.com




Sabtu, September 04, 2010

Gaharu : Pohon Eksklusif Akan Diproduksi secara Lestari di Indonesia

Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia dengan kualitas terbaik. Pohon-pohon gaharu penghasil gubal (bagian terdalam dari batang pohon gaharu yang warnanya hitam, coklat hitam, coklat kemerahan dengan keharuman yang kuat) terbaik yang sangat sesuai dengan kondisi produksi alami di Indonesia mungkin sudah punah. Yang tertinggal adalah pohon-pohon yang memiliki sifat kerentanan yang lebih tinggi.

Gaharu merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini diminati oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri. Gaharu atau agarwood, aleawood, eaglewood dan jinkoh memiliki nilai jual tinggi. Kelangkaan pohon gaharu di hutan alam menyebabkan perdagangan gaharu asal semua spesies Aqularia dan Grynops di atur dalam CITES (Convention on International trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan ekspornya dibatasi dalam kuota.

Saat ini, Indonesia diposisikan untuk mengambil peran aktif dalam menyelamatkan produksi gaharu dengan mengalihkan produksi gaharu alam ke gaharu buatan. Dengan demikian di masa yang akan datang, Indonesia akan memasuki era gaharu budidaya atau mengambil kata yang lebih popular gaharu “non-CITES quota”.

Dengan mengambil tema “Menuju Produksi Gaharu secara Lestari di Indonesia”, Fakultas Kehutanan dan Fakultas MIPA IPB bekerjasama dengan Departemen Kehutanan RI dan didukung oleh Sinarmas Forestry, Perhutani, International Timber Trade Organization, Asgarin dan Yayasan Kehati menggelar Seminar Nasional I Gaharu di IPB International Convention Center (12/11). Tema ini diambil sebagai ekspresi dari keprihatinan masyarakat pemerhati gaharu terhadap tuntutan dunia akan pentingnya produksi gaharu yang lestari di Indonesia.

Hadir dalam acara ini, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, SE, MM, untuk membuka acara, didampingi Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Hendrayanto, Dekan Fakultas MIPA IPB, Dr. Hasim, pejabat dari Dephut RI, peneliti, dan pemerhati gaharu Indonesia.

Menhut mengatakan kekayaan alam Indonesia harus kita lestarikan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. “Selama ini bagi hasil dari produksi gaharu selalu merugikan petani gaharu. Misal dari hasil penjualan gaharu 40% untuk pemilik modal, 20% untuk pemberi ijin, sisanya untuk proses produksi dan petani. Ini tidak akan mensejahterakan rakyat,” tambahnya.

Mengingat pengumpul gaharu alami adalah penduduk penghuni sekitar hutan, maka sistem produksi yang akan dikembangkan sebaiknya berbasis masyarakat tepian hutan. Oleh sebab itu tata kelola wilayah yang memberikan insentif pada masyarakat tepian hutan perlu dipertimbangkan.

“Pohon gaharu pasarnya sangat besar. Gaharu yang mengandung “damar wangi” dan bila dibakar mengeluarkan aroma yang khas dapat diolah menjadi minyak gaharu, cindera mata, dupa makmul dan hio, parfum, obat-obatan dan untuk bahan kosmetik. Negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar seperti China, India, Pakistan, Bangladesh, Thailand adalah pasar gaharu. Sehingga gaharu perlu dilestarikan dan yang mengembangkannya harus pakar-pakar dari IPB,” ujarnya saat diwawancara.
Sejak tahun 2003, kuota ekspor gaharu menurun terus menjadi sekitar 125 ton/tahun untuk tiap species. Dalam batasan kuota ini, produksi hanya dapat memenuhi sekitar 10-20% permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka.

Menhut menambahkan untuk menjaga kelestarian alam sekaligus keberlanjutan ekspor, selain harus dikonservasi, gaharu juga harus diproduksi secara buatan pada pohon gaharu hasil budidaya. Pohon gaharu telah ditanam lebih dari 1750 ha di seluruh Indonesia dan ini menjadi modal dasar menuju produksi gaharu secara lestari di Indonesia.
Sementara itu, produksi gubal gaharu melibatkan mikroorganisme (sejenis cendawan yakni fusarium dan acremonium). Mekanisme pembentukan oleo resin (damar wangi) gaharu merupakan hasil interaksi antara pohon dan mikroorganisme tadi.

Dengan proses budidaya, petani menyuntikkan cendawan ke batang pohon gaharu saat umurnya menginjak lima tahun. Dari infeksi cendawan tersebut, pohon gaharu melakukan perlawanan dengan mengeluarkan senyawa oleo resin.

Satu kilogram gubal gaharu dengan kualitas terbaik dijual dengan harga 30 juta rupiah. Gaharu jenis Aquilaria malaccensis daerah penyebarannya di Sumatera (10 pohon/ha) dan Kalimantan (9 pohon/ha). Untuk jenis Aquilaria filarial daerah penyebarannya di Papua (60 pohon/ha), Maluku (30 pohon/ha) dan Sulawesi (7 pohon/ha). Dan untuk jenis Gyrinops sp daerah penyebarannya di NTB (8 pohon/ha) dan NTT (7 pohon/ha).

Dikutip dari: http://asahangaharu.blogspot.com/

Minggu, Juli 25, 2010

Bidang Organisasi Dan Idaroh

Bidang Organisasi dan Idaroh telah melaksanakan pembentukan Pengurus.
Di Kecamatan Cipayung pada tanggal 14 februari 2010 di Masjid At Taqwa Cipayung dengan terpilihnya Ust. A.Ghoni Djamal SH sebagai ketua DMI Cabang Cipayung masa jabatan 2010 - 2015.
Tanggal 21 februari 2010 Muscab DMI Kec. Sawangan di Masjid Arrahim Sawangan Permai telah terpilih Shalahuddin Al Ayubi MA sebagai Ketua DMI Sawangan periode 2010 - 2015.
Tanggal 17 April Pembentukan DMI Kecamatan Bojongsari di Masjid Al Mujahiddin Bojongsari lama Terpilih Ust. Abdurrahman Hakim N sebagai ketua DMI Cabang Bojongsari Periode 2010 - 2015.
Tanggal 10 Juli 2010 Di Masjid Al Muthmainah Meruyung Muscab DMI Limo Terpilih Ust. Marjaya Sebagai Ketua DMI Cabang Limo Periode 2010 - 2015.
Tanggal 17 Juli 2010 Di Masjid Miftahul Wasliyyah Pondok Tirta Mandala Sukamaju Kecamatan Cilodong dalam Pembentukan Cabang Cilodong telah terpilih H Rahardja sebagai Ketua DMI Cabang Cilodong periode 2010 - 2015.
Tanggal 18 Juli 2010 di Masjid Raya Cinere Dalam Pembentukan DMI Cabang Cinere telah menunggu dari masjid-masjid yang akan gabung jadi belum menentukan ketua DMI Cabang Cinere, harap maklum.
DMI Kota Depok telah menjalin kerjasama dengan Bikers Green Depok yang diketuai Bapak Ir. Bambang Asmarabudi pada tanggal 3 Juni 2010 di Pesantren Hifzil Qur'an Al-Mu'awanah duren seribu dalam mendukung program masjid gaharu Kota Depok dan menyumbang bibit gaharu untuk ditanam di 500 Masjid sekota Depok.
Tiap masjid mendapatkan 10 bibit gaharu dengan tujuan untuk meningkatkan lahan Masjid.
Tanggal 6 Juni 2010 telah diadakan penanaman gaharu di Masjid Ibadurahman Sawangan Lama dengan Bikers Green Depok simbolis 523 bibit Gaharu.
Tanggal 26 Juni 2010 di Masjid Al Hikam untuk Masjid-Masjid sekecamatan Beji simbolis 492 bibit gaharu, pada tanggal 10 Juli 2010 untuk Masjid-masjid sekecamatan Limo simbolis 252 pohon bibit Gaharu, Di Masjid Miftahul Wasliyyah simbolis 10 pohon akan menyusul untuk sekecamatan Cilodong Insyaallah Di Masjid Nurul Huda tgl 1 Agustus 2010 di Komplek Villa Pertiwi. Dan yang belum menunggu jadwal dari Bapak Ir. H Bambang Asmarabudi di Cimanggis, Tapos, Bojongsari, Cinere, Pancoranmas,Sukmajaya, Cipayung.
Semoga Amal Baik dari Bapak Ir. Bambang Asmarabudi Mendapatkan balasan dari Allah dalam menghijaukan Kota Depok sebagai kota Gaharu tahun 2017. DMI Kota Depok siap bekerjasama dengan pihak manapun untuk meningkatkan Ekonomi Masjid. Salam Dari Ketua Bidang Organisasi dan Idaroh DMI Kota Depok (ganif Aswoko)

Jumat, Februari 19, 2010

SEJARAH AWAL PERDAGANGAN GAHARU DI SUMATERA ( TERTULIS )

Dari keterangan I Tsing, musafir ziarah Budhis, kita ketahui beberapa berita penting mengenai kebudayaan dan perdagangan Sriwijaya. Dalam tahun 671 M ( kira kira tahun 10 H ), musafir itu berangkat dari kanton ke India muka. Pada pelayaran nya, ia sempat tinggal di Sumatera selama delapan bulan. Pada pelayarannya , I Tsing sempat tinggal di Sriwijara empat tahun lamanya ( 685 – 689 M ). Kemudian berangkatlah ia ke Kanton dengan maksud mencari empat orang pembantunya untuk meneruskan pekerjaannya dalam lapangan pengetahuan. Baru pada tahun 695 M ia meninggalkan Sriwijaya dan pulanglah ia ke Tiongkok. Dari dua buah buku besar tulisan nya, bahwa Sriwijaya pada masa jayanya menjadi pusat pengetahuan Budhis. Berabad abad lamanya hal itu berlangsung demikian. Biksu biksu Budhis tidak kurang dari seribu orang jumlahnya. Musafir musafir Tionghoa, yang berziarah ke India muka, seringkali menumpang kapal Melayu, dari Kanton sampai ke India muka. Dengan demikian, jelaslah Sriwijaya mempunyai Angkatan Laut sendiri. Begitu pula di buktikan, bahwa orang Melayu pada zaman itu mengambil bagian dari perdagangan ke India muka dan Tiongkok. Sebagai barang dagangan ada yang disebut: Kapur barus, Gaharu, Kayu Cendana, Cengkeh, Sirih, Pala, Lada, Emas, Perak, dan Timah putih. Oleh penulis penulis sejarah Tiongkok disebut sebut beberapa perutusan dari Sriwijaya ke Tiongkok.

Tulisan ini di kutip dari buku ”Sejarah Kebudayaan Sumatera” tulisan: ” Dada Meuraxa ”.
Terbitan Firma Hasmar Medan tahun 1974.

Rabu, Februari 10, 2010

Teknik Inokulasi

Fusarium yang di inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem – organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta harum bila dibakar.

Mengingat jenis isolate penyakit pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.
Agar berhasil mengembangkan inokulan pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait, perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat sebagai pelaku produksi inokulan. Adapun tahapan teknik pengembangan inokulan sebagai berikut:

• Pilih pohon gaharu alami yang sudah terinfeksi mikroba penyakit pembentuk gaharu.
• Ambil potongan cabang atau kupasan batang pohon gaharu terpilih. Potongan cabang atau kupasan batang ini disebut “ Preparat ”.
• Bawa preparat tersebut ke Laboratorium dan upayakan agar suhu dan kelembapan nya tetap terjaga dengan cara dimasukkan dalam kotak es.
• Kembangkan spora dari preparat cabang dan atau batang tersebut di dalam media agar untuk diidentifikasi jenis mikrobanya sebagai biakan murni.
• Kembangkan spora dan miselium biakan murni tersebut kedalam media padat seperti serbuk gergaji pohon gaharu atau dalam media cair ang telah berisi unsur makro dan mikro sebagai energi hidup.
• Masukkan media spora kedalam incubator pembiakan dan kondisikan suhu dan kelembapan incubator pembiakan tersebut pada keadaan optimal, yaitu suhu 24 - 32C dan kelembapan 80%. Biarkan sekitar 1 – 2 bulan.
• Tempatkan spora yang sdah dibiakkan tersebut kedalam wadah berupa botol kaca, botol plastic, atau botol infuse bekas.
• Simpan botol dalam freezer incubator. Inokulan ini sudah siap diinokulasikan ke tanaman gaharu. Teknik inokulasi dengan inokulan terhadap pohon gaharu berbeda beda sesuai dengan bentuk inokulannya. Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm. Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.


Inokulasi dengan inokulan padat.
Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

• Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor. Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 10 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
• Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
• Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
• Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lili malam”

Inokulasi dengan inokulan cair.
Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
• Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
• Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
• Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
• Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
• Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1 – 2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
• Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.

Di sadur dari buku:
Budidaya Gaharu karya Yana Sumarna 2002.
Potensi dan peluang bisnis tanaman Gaharu di Asahan
Karya Mujiono 2008.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=160823926326